Beberapa tahun yang lalu,
medio 97, saya pernah ujug-ujug dapat "pencerahan".
Sebenernya apa sih "bahagia" itu?
Salah seorang sahabat karib pernah bilang,
"Menjadi bahagia itu pilihan, bukan sembarangan jatuh dari langit".
Hmmm...reaksi langsung saya : nggak segampang itu.
Suatu saat yang lalu saya merasa BAHAGIA (yak betul, dicetak tebal dan italic),
ternyata kebahagiaan itu semu, tidak secuilpun mengandung kenyataan.
Tapi saya yakin betul, itu rasanya seperti di langit ke delapan.
Kemudian saat realita menohok, yah, jatuh berdebum kembali ke bumi.
Beberapa hari yang lalu, senyum seorang sahabat tersayang mengingatkan akan "pencerahan 97". Ingatan ini tersambung dengan ajaran Pak Syl, guru etika masa SMA, bahwa manusia itu bisa memilih, untuk menjadi orang egois, altruis dan yang menurut pandangan umum sempurna adalah orang yang bisa menyeimbangkan keduanya. Pilihan pertama saya adalah yang kedua.
Gampang juga ternyata memilihnya, jadi untuk bahagia, saya mesti mengerti esensi dari kebahagiaan itu sendiri.
Pencerahan waktu itu adalah :
"Esensi dari kebahagian (saya) adalah membuat orang lain bahagia".
*semoga oh semoga saya bisa membuat sahabat tersayang itu bahagia*